ALMARHUM. Puisi ini kubuat di saat hatiku sedang sedih mengenang almarhum adikku tercinta, Asran Faisal Daeng Kulle. Puisi ini benar-benar kisah nyata. Maafkan aku adikku, semoga arwahmu tenang dan bahagia di alam sana. Ya Allah, terima dan ampuni dosa-dosa adikku ini, serta berikanlah tempat yang mulia di sisi-Mu.
-----------------------
Oleh: Asnawin
Suatu hari ketika pulang kampung
Adik saya mengajak ke pasar
Dia membelikan saya sepasang sepatu
Sepatu itu lalu kupakai beraktivitas sehari-hari
Suatu hari seusai berobat
Adik saya mengajak makan siang
Kami makan nasi kuning di tepi jalan
Sambil berbincang-bincang
Suatu hari menjelang magrib
Adik saya berkunjung
Dia datang bersama seorang kawannya
Mereka berdua menginap di rumah kontrakanku
Suatu hari ibuku menelepon
Adik saya menanyakan kabarku
Dia bertanya mengapa aku
Tak pernah meneleponnya
Suatu hari di bulan November
Adik saya itu meninggal dunia
Dan aku tak sempat melihat jenazahnya
Karena terlambat pulang kampung
Rupanya sepatu yang ia beli untukku
Rupanya makan nasi kuning di tepi jalan
Rupanya kedatangannya menginap di rumahku
Rupanya telepon adikku melalui ibuku
Adalah yang terakhir
Yang terakhir untukku
Kenangan terakhir
Yang terakhir
Adikku....
Maafkan aku....
Maafkan karena tak mampu menangkap....
Isyarat darimu....
Semoga di alam sana....
Engkau tenang....
Semoga Sang Maha Pengasih....
Mengampuni dosa-dosamu....
Makassar, 11 Oktober 2011
-------------------------------
Yang Terakhir
Oleh: Asnawin
Suatu hari ketika pulang kampung
Adik saya mengajak ke pasar
Dia membelikan saya sepasang sepatu
Sepatu itu lalu kupakai beraktivitas sehari-hari
Suatu hari seusai berobat
Adik saya mengajak makan siang
Kami makan nasi kuning di tepi jalan
Sambil berbincang-bincang
Suatu hari menjelang magrib
Adik saya berkunjung
Dia datang bersama seorang kawannya
Mereka berdua menginap di rumah kontrakanku
Suatu hari ibuku menelepon
Adik saya menanyakan kabarku
Dia bertanya mengapa aku
Tak pernah meneleponnya
Suatu hari di bulan November
Adik saya itu meninggal dunia
Dan aku tak sempat melihat jenazahnya
Karena terlambat pulang kampung
Rupanya sepatu yang ia beli untukku
Rupanya makan nasi kuning di tepi jalan
Rupanya kedatangannya menginap di rumahku
Rupanya telepon adikku melalui ibuku
Adalah yang terakhir
Yang terakhir untukku
Kenangan terakhir
Yang terakhir
Adikku....
Maafkan aku....
Maafkan karena tak mampu menangkap....
Isyarat darimu....
Semoga di alam sana....
Engkau tenang....
Semoga Sang Maha Pengasih....
Mengampuni dosa-dosamu....
Makassar, 11 Oktober 2011
-------------------------------
1 komentar:
Semoga Allah senantiasa menerima ibadah beliau, amin.
Posting Komentar