Cukup banyak orang, kelompok orang, organisasi, lembaga, perusahaan, dan instansi yang menghasilkan karya-karya positif atau berprestasi di sekitar kita, tetapi tidak banyak media massa yang melirik mereka. Kondisi itulah yang mendorong kami menerbitkan majalah “Pedoman Karya.”
- Asnawin -
------
Media Massa, Karya, dan Prestasi
Media massa pertama dan tertua di dunia adalah media cetak. Awalnya, media massa hanya berupa lembaran-lembaran yang berisi iklan harga barang-barang dagangan, lalu kemudian diisi berita, dan akhirnya berkembang seperti sekarang.
Ide awal pembuatan media massa sebenarnya berasal dari para pedagang dan pengusaha.
Mereka membutuhkan media cetak (semacam brosur) yang berisi berbagai jenis barang dagangan, lengkap dengan harga-harganya masing-masing, untuk dibagi-bagikan kepada khalayak.
Media cetak yang masih sangat sederhana dan hanya berupa lembaran-lembaran tersebut dibagi-bagikan di pasar atau di tempat-tempat keramaian.
Lama kelamaan, khalayak merasa tidak cukup kalau media cetak tersebut hanya berisi daftar barang dagangan bersama harga-harganya.
Khalayak merasa media cetak tesebut perlu juga diisi dengan beragam informasi, baik berupa profil perusahaan atau profil para pedagang dan pengusaha, maupun perkembangan dan kejadian yang terjadi di sekitar mereka.
Berdasarkan permintaan khalayak itulah, para pedagang dan pengusaha kemudian memasukkan informasi tambahan dalam media cetak.
Para pedagang dan pengusaha tersebut menyewa orang untuk menulis informasi tentang profil mereka, serta informasi tentang kejadian yang terjadi sehari-hari di sekitar lingkungan mereka.
Dari situlah kemudian muncul penulis-penulis yang dikenal dengan sebutan wartawan atau jurnalis.
Para wartawan atau jurnalis inilah yang kemudian mengembangkan penyajian informasi dalam bentuk berita, gambar, dan artikel.
Perkembangan selanjutnya, berita, gambar, dan artikel yang disajikan, dipilah-pilah berdasarkan bidang kehidupan, politik, dan pemerintahan.
Maka muncullah beragam rubrik seperti rubrik politik, pemerintahan, hukum, ekonomi, olahraga, hiburan, dan sebagainya.
Berkembangnya tekonologi informasi dan komunikasi, kemudian memunculkan radio siaran, televisi, dan belakangan media massa online (internet).
Maka, masyarakat dunia kemudian memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan informasi, mulai dari media cetak seperti koran, tabloid, dan majalah, hingga media massa radio, televisi, dan media massa online (internet).
Banyaknya pilihan tersebut memaksa para pengelola media untuk melakukan berbagai perubahan, terobosan, dan kreasi, agar khalayak tetap melirik mereka.
Sayangnya, banyak media massa yang terlalu mementingkan unsur bisnis ketimbang fungsi dan tugas yang harus dijalankan.
Mereka lebih mengutamakan memenuhi keinginan khalayak (pembaca, pendengar, pemirsa) dan cenderung menomor-duakan atau bahkan menomor-sekiankan fungsi dan peran yang harus dijalankan.
Ada empat fungsi pers yang harus dijalankan media massa (termasuk wartawan), yaitu memberikan informasi (yang benar), mendidik, menghibur, dan melakukan kontrol sosial.
Fungsi memberi informasi (terutama berita-berita negatif) dan fungsi menghibur umumnya sangat menonjol di televisi, dan cenderung mengabaikan fungsi mendidik.
Media massa juga jarang mengangkat berita-berita atau informasi tentang karya-karya dan prestasi perseorangan maupun karya-karya dan prestasi kelompok, lembaga, organisasi, dan instansi.
Berita-berita Positif
Apakah benar berita-berita positif kurang menarik? Apakah informasi tentang karya-karya dan prestasi tidak dilirik?
Sebenarnya berita-berita positif sangat menarik, apalagi jika menyangkut karya-karya dan prestasi.
Kalau ada pengelola media massa yang menganggap berita-berita positif kurang menarik, maka sesungguhnya mereka hanya kurang percaya diri atau tidak tahu cara mengemas berita-berita tersebut agar menjadi menarik.
Cukup banyak orang, kelompok orang, organisasi, lembaga, perusahaan, dan instansi yang menghasilkan karya-karya positif di sekitar kita.
Cukup banyak orang, kelompok orang, organisasi, lembaga, perusahaan, dan instansi yang berprestasi di sekitar kita.
Sayangnya, tidak banyak media massa yang melirik mereka. Tidak banyak media massa yang memberikan ruang bagi mereka.
Padahal, mereka dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi banyak orang, khususnya generasi muda.
Kondisi itulah yang mendorong kami menerbitkan majalah “Pedoman Karya.”
Dengan mengusung tagline “Karya dan Prestasi”, majalah Pedoman Karya siap memberikan ruang bagi mereka yang menghasilkan karya-karya positif dan bagi mereka yang berprestasi. ***
---
@copyright Majalah PEDOMAN KARYA, Edisi 1, Vol. I, Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar