Selasa, 21 April 2015

Jangan Pernah Takut Miskin Kalau untuk Muhammadiyah


Ber-Muhammadiyah selama puluhan tahun, mendapat amanah sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tana Toraja, mendapat kepercayaan sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dan ditunjuk sebagai Ketua Umum Panitia Penerima Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah. Begitulah perjalanan Haji Muhammad Yunus Kadir di Muhammadiyah. (Foto: Husni Yunus)




-----


Jangan Pernah Takut Miskin Kalau untuk Muhammadiyah


Ber-Muhammadiyah selama puluhan tahun, mendapat amanah sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tana Toraja, mendapat kepercayaan sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dan ditunjuk sebagai Ketua Umum Panitia Penerima Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah.

Begitulah perjalanan Haji Muhammad Yunus Kadir di Muhammadiyah. Sayangnya, di tengah semangat yang begitu besar memimpin kegiatan kepanitiaan guna menyukseskan Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah 2015, Allah SWT memanggilnya untuk selama-lamanya, pada 1 Desember 2013. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun.

Guna menghormati dedikasinya selama puluhan tahun di Muhammadiyah, sekaligus mengenal sosok Yunus Kadir, kami mencoba mewawancarai beberapa orang, mengutip ucapan beberapa orang, serta mencari literatur tentang HM Yunus Kadir melalui internet.

Setelah Yunus Kadir meninggal dunia (dalam usia 64 tahun), amanah sebagai Ketua Umum Panitia Penerima Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar ke-47 Aisyiyah, dilimpahkan kepada HM Syaiful Saleh (Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel/Ketua BPH Unismuh Makassar).

Namun sebelum meninggal dunia, Yunus Kadir telah membentuk Tim Sepuluh sebagai think tank (tangki pemikir) yang akan menggodok persiapan pelaksanaan hajat besar itu. Bahkan, pada kegiatan di daerah, YK sudah menyampaikan kepada timnya agar menggunakan dua unit pesawat helikopter miliknya untuk membawa rombongan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin ke daerah.

Salah seorang anggota Tim Sepuluh yang direkrut adalah Dekan Fakultas Ekonomi Unhas, Prof Gagaring Paggalung.

Gagaring mengaku dirinya bersama Prof Dr Ambo Asse (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Alauddin) dan Dr Mahmud Nuhung (Dekan Fakultas Ekonomi Unismuh Makassar), pernah dipanggil khusus oleh Yunus Kadir.

Kepada mereka bertiga, Yunus Kadir mengatakan dirinya menginginkan Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah Tahun 2015 di Makassar, menjadi Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah terbesar dibandingkan pelaksanaan acara yang sama sebelumnya.


Yunan Yunus Kadir - foto web
---
Yunan Yunus Kadir (ist)
----

“Ada satu hal yang selalu ditekankan ayahanda. Beliau mengatakan, jangan pernah takut miskin kalau untuk (membantu) Muhammadiyah. Kalimat itu sering diulang-ulang,” ungkap Yunan Yunus Kadir, salah seorang dari delapan anak kandung almarhum HM Yunus Kadir, saat berbincang-bincang dengan penulis.







Pintu Surga

Mantan staf Kantor PW Muhammadiyah Sulsel yang kini dosen UIN Alauddin Makassar, Haidir Fitra Siagian, dalam sebuah tulisan menyebutkan bahwa Yunus Kadir mulai mengenal Muhammadiyah pada tahun 1966 ketika aktif sebagai kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan selanjutnya aktif di Kokam (Komando Kesiap-siagaan Angkatan Muda Muhammadiyah).

Sebelum menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tana Toraja (2000-2005, 2005-2010), Yunus Kadir tidak begitu aktif di Muhammadiyah. Beliau lebih banyak mengurusi berbagai perusahaannya dan menjadi pengurus beberapa organisasi profesi seperti Kadin, Hiswanamigas, dan Orari.

Sebagai seorang pengusaha, bagi teman-temannya, Yunus Kadir dipandang remeh ketika menerima amanah memimpin sebuah organisasi yang sama sekali tidak memberikan keuntungan secara finansial, apalagi untuk mengembangkan usaha.

Malahan mengurus Muhammadiyah dianggap menghabiskan waktu, tenaga, dan harta saja. Namun, jawaban Yunus Kadir membuat teman-temannya sesama pengusaha, tersentak.

“Surga!”. Ya, Yunus Kadir mengatakan, ber-Muhammadiyah adalah salah satu pintu menuju surga. Mungkin sesuatu yang asing dan tidak disangka oleh kolega-koleganya sesama pengusaha, mendapat jawaban seperti itu.

Bantu Pembangunan Auditorium

Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Syaiful Saleh mengatakan, dirinya pertama kali mengenal Yunus Kadir pada tahun 1980-an di Tana Toraja.

“Usia saya ketika itu baru sekitar 20 tahun. Saya aktif di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Ketika itu, saya dilayani dengan sambutan yang luar biasa,” ungkapnya.

Sekitar 20 tahun kemudian, tepatnya tahun 2000, Yunus Kadir dilantik sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tana Toraja dan Syaiful Saleh menjabat Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel.

Mereka pun akrab satu sama lain dan menjadi lebih akrab ketika Yunus Kadir pun masuk jajaran Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel.

Yunus Kadir kemudian didaulat menjadi Ketua Umum Panitia Penerima Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah 2015, dan Syaiful Saleh sebagai Wakil Ketua Umum.

“Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mengungkapkan bahwa beliau tidak suka orang yang sombong. Prinsipnya, dalam hidup ini, harus disertai keikhlasan. Jika ada aktivitas organisasi, Bapak Yunus Kadir selalu terlibat,” ungkap Syaiful.

Keikhlasan Yunus Kadir ditunjukkan ketika Unismuh Makassar membangun dome atau auditorium yang akan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah, yang menelan biaya puluhan milyar rupiah.

“Pembangunan auditorium itu membutuhkan dana besar dan Pak Yunus Kadir memberikan dukungan serta bantuan. Beliau bahkan menjamin, dengan mengatakan, jika perlu saya tunda dulu pembangunan smelter di (Kabupaten) Bantaeng, demi membantu pembangunan auditorium yang digadang-gadang berkapasitas 7.000 tempat duduk,” papar Syaiful.

Membantu Gereja

Bukan hanya di Muhammadiyah, Yunus Kadir juga banyak membantu perorangan maupun lembaga atau kelompok masyarakat, termasuk kalangan non-muslim. Bantuan tersebut bahkan kadang-kadang dalam jumlah yang cukup besar.

Guru Besar Universitas Hasanuddin yang juga mantan Bupati Tana Toraja, Prof Tandi Roma Andi Lolo, mengutip kisah yang diceritakan Ali Muchtar Ngabalin (mantan anggota DPR RI dan mantan Ketua BKPRMI), mengatakan, almarhum HM Yunus Kadir pernah membantu pembangunan sebuah Gereja Toraja.

“Sekali waktu, beliau (Ali Muchtar Ngabalin) bertemu dengan seorang petinggi pendeta dari Mamuju. Kepada sang pastor, mantan anggota DPR RI itu bertanya, dari mana? Pendeta itu menjawab, dia datang ke Toraja mendoakan Yunus Kadir. Sebab, pada peringatan 100 tahun Gereja Toraja, Yunus Kadir memberikan bantuan. Dia menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian Yunus Kadir. Pak Pendeta juga mengungkapkan, separuh dari dana pembangunan gereja berasal dari kocek Yunus Kadir,” tutur TR Andi Lolo.


Menolak Namanya Diabadikan

Mantan Gubernur Sulsel, HM Amin Syam, mengaku pernah beberapa kali mendapat bantuan dari HM Yunus Kadir, mulai bantuan untuk pembangunan dan pengembangan pondok pesantren yang dibangunnya bersama Yunus Kadir di daerah Bojo, Kabupaten Barru, hingga bantuan sarana dan prasarana untuk pembangunan rumah sakitnya di Makassar.

Atas berbagai bantuan tersebut, Amin Syam pun menyampaikan keinginannya untuk mengabadikan nama Yunus Kadir pada salah satu ruangan di rumah sakitnya yang terletak di kompleks perumahan Minasa Upa Makassar.

Mendengar keinginan tersebut, Yunus Kadir spontan menolak.

''Pak Yunus Kadir bilang, tidak perlu kasih nama penyumbang,'' ungkap Amin.

Unik dan Komplit

Yunus Kadir, kata sang anak, Yunan Yunus Kadir, juga sering menyampaikan agar anak-anaknya tidak takut miskin kalau membantu untuk kepentingan umum.

“Beliau itu unik. Gereja pun dibantu. Beliau bilang, semua orang (yang membutuhkan bantuan) harus dibantu,” ungkap Yunan.

Meskipun sering membantu orang, bukan berarti Yunus Kadir sudah bebas dari cobaan atau godaan. Malah sebaliknya, Yunus Kadir cukup sering kena tipu, baik dalam pergaulan sehari-hari, maupun dalam persaingan bisnis.

“Beliau itu manusia komplit. Beliau sering kena tipu, tetapi tak pernah marah atau membalas perlakuan orang lain kepadanya. Beliau selalu bilang, jangan rusak keikhlasan saya. Beliau tak pernah mau mengganggu bisnis orang lain. Beliau tidak mau bersaing, tetapi lebih memilih membuka usaha baru,” papar Yunan.

Hingga akhir hayatnya, Yunus Kadir telah memiliki perusahaan, antara lain PT Cinta Jaya yang bergerak di bidang Pertambangan di Bantaeng Sulawesi Selatan, PT Sultra Raya Tambang yang bergerak di bidang Hasil Tambang Aspal di Sulawesi Tenggara, PT Marannu City Hotel (MCH) Toraja yang bergerak di bidang perhotelan di Tana Toraja Sulawesi Selatan, dan PT Minangah Gasing Sulawesi yang bergerak di bidang Pelayaran.

Nama perusahaan yang terakhir ini dipakai sebagai nama group perusahaan yang ia miliki Gasing Sulawesi Group. Nama Gasing diambil dari nama tempat di Tana Toraja, yakni Lembang Gasing, di Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja).

Sekalian Masuk Penjara

Sebagai seorang anak, kata Yunan, dirinya tentu saja banyak belajar dari sang ayah. Namun ia mengakui bahwa semasa masih sekolah, dirinya tidak terlalu serius belajar.

Melihat dirinya yang tidak menampakkan keseriusan dalam belajar, sang ayah pernah mengeluarkan kata-kata yang cukup tegas dan bernada mengancam.

“Beliau bilang, kalau kamu mau jadi anak nakal, saya sekalian mau dengar kabar bahwa kamu masuk penjara, tetapi kalau kamu mau jadi orang baik, jangan setengah-setengah,” ungkap Yunan.

Kata-kata ayahnya itu sangat membekas dan itulah yang memacu semangat belajarnya saat kuliah pada jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti, Jakarta. Yunan masuk kuliah pada tahun 1997 dan menyelesaikan kuliahnya pada 2002.

“Sombong dan munafik. Itulah yang paling dibenci oleh ayah,” kata pria kelahiran Parepare, 28 Juni 1979.

Yunan mengaku pernah kena damprat dari sang ayah ketika ada karyawannya terlambat makan siang.

“Ayah sangat marah kepada saya ketika itu. Beliau bilang, pimpinan tidak boleh membiarkan ada anak buahnya yang kelaparan,” ungkapnya.

Dikenalkan tentang Muhammadiyah

Ayah dua anak dan suami dari Arni Sabri mengatakan, dari delapan bersaudara, dirinyalah yang paling banyak tahu tentang ayahnya.

“Mungkin sayalah yang paling banyak tahu tentang ayah, karena saya yang paling sering mengikuti ayah, baik dalam urusan bisnis, maupun dalam urusan-urusan sosial keagamaan,” tutur Yunan.

Sejak kecil, katanya, dirinya sudah diperkenalkan oleh ayahnya tentang Muhammadiyah, antara lain dengan memasukkan dirinya untuk berlatih seni bela diri Tapak Suci Muhammadiyah.

Setelah mendapat kepercayaan sebagai Ketua Muhammadiyah Tana Toraja hingga akhir hayatnya, sang ayah sering mengikutkan Yunan dalam berbagai kegiatan.

“Ayah memperkenalkan saya kepada pengurus Muhammadiyah dan mengikutkan saya dalam berbagai kegiatan di Muhammadiyah. Amanah dari ayah, bukan hanya tentang Muhammadiyah, melainkan juga keluarga,” papar Yunan.

Khusus mengenai kepanitiaan di Muktamar Muhammadiyah 2015, dia mengaku mendapat amanah agar tetap membantu dan menjaga hubungan dengan pengurus Muhammadiyah.

“Saya melihat, apa yang beliau dapatkan selama ini, itu tidak terlepas dari Muhammadiyah,” kata Yunan. (Asnawin/Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel)
----
Sumber:
- Wawancara dengan Yunan Yunus Kadir
- http://muhammadiyah-sulsel.blogspot.com/2013/12/mengenang-hm-yunus-kadir.html
- http://muhammadiyah-sulsel.blogspot.com/2013/05/pengurus-harian-muhammadiyah-sulsel.html
- http://muhammadiyah-sulsel.blogspot.com/2014/02/hm-yunus-kadir-dalam-kenangan-2-habis.html
- http://muhammadiyah-sulsel.blogspot.com/2014/02/hm-yunus-kadir-dalam-kenangan-1.html

Tidak ada komentar: