“Sebenarnya ada aturan yang jelas, termasuk periode atau lamanya seseorang menduduki jabatan tertentu, tetapi aturan itu kemudian hanya disimpan di dalam laci. Raja yang berkuasa beberapa ratus tahun kemudian, dapat mempromosikan, mentransfer, atau mendemosikan seseorang sesuai keinginan dan kepentingannya. Tidak ada lagi aturan yang jelas, bahkan seseorang yang menduduki jabatan tertentu dapat diganti kapan saja, tergantung keinginan raja,” tutur sang kakek.
Jumat, 26 Desember
2025
LANSKAP
Mutasi, Promosi,
Demosi
Oleh: Asnawin
Aminuddin
Seorang bocah
bertanya kepada kakeknya. Ia bertanya tentang arti kata mutasi, sebuah kata
yang sering didengarnya akhir-akhir ini. Sang kakek tersenyum lalu menceritakan
sebuah dongeng. Pria tua berusia sekitar 70 tahun itu mengatakan bahwa mutasi
sebenarnya adalah julukan kepada “tiga bersaudara”. Mereka tinggal di sebuah
negeri bernama Antah-berantah.
Ketika si bocah
bertanya dimana itu Negeri Antah-berantah, sang kakek sambil tersenyum mengatakan;
“Namanya juga Antah-berantah, tidak ada seorang pun yang tahu tempatnya.”
Sang kakek
kemudian melanjutkan ceritanya bahwa anak pertama alias si sulung bernama
Promosi. Badannya besar dan kuat, tetapi sangat lincah dan selalu mampu
melompat ke tempat yang lebih tinggi.
Anak kedua atau
saudara tengah bernama Transfer. Badannya juga cukup besar, tetapi ia tak mampu
melompat ke tempat yang lebih tinggi. Ia hanya bisa melompat dari satu tempat
ke tempat lain yang sama tingginya.
Si bungsu bernama
Demosi. Berbeda dibanding kedua kakaknya, Demosi tergolong kurus dan badannya
agak lemah. Ia jarang sekali melompat. Kalau pun melompat, ia hanya mampu
melompat ke tempat yang lebih rendah. Demosi sama sekali tak mampu melompat ke
tempat yang sama tinggi, apalagi ke tempat yang lebih tinggi.
Dari “tiga
bersaudara” itu, si Promosi-lah yang sangat menonjol, sehingga ia cukup
terkenal dan selalu mendapat pujian di Negeri Antah-berantah. Saudara kedua, si
Transfer, sama sekali tidak terkenal. Si bungsu, Demosi, bahkan lebih terkenal
dibanding Transfer, tetapi ketenarannya lebih karena ia tak memiliki kemampuan
melompat ke tempat yang sama tinggi apalagi ke tempat yang lebih tinggi.
Karena selalu
jalan bertiga dan warga Negeri Antah-berantah malas menyebut nama mereka satu
per satu, maka nama mereka disingkat menjadi Motasi yang merupakan singkatan
dari Promosi, Transfer, dan Demosi. Namun karena singkatan tersebut dianggap
kurang bagus, maka warga Negeri Antah-berantah kemudian menggantinya dengan
julukan Mutasi.
“Saking termasyhurnya
julukan mereka, maka Kerajaan Negeri Antah-berantah kemudian memakainya sebagai
istilah dalam urusan penempatan seseorang dalam jabatan tertentu di kerajaan,”
kata sang kakek.
“Hebat sekali ya
kek,” potong si bocah.
“Ya,” kata sang
kakek.
Ia kemudian
menjelaskan bahwa kerajaan memakai istilah mutasi pada setiap ada perubahan
komposisi pegawai kerajaan. Selanjutnya, kerajaan menggunakan istilah promosi
untuk mengangkat seseorang pegawai biasa menduduki sebuah jabatan tertentu atau
menempatkan seseorang pegawai kerajaan dari jabatan lebih rendah ke jabatan
yang lebih tinggi.
Perpindahan
pegawai kerajaan dari satu jabatan ke jabatan lain yang sama tinggi atau
selevel disebut transfer, sedangkan pejabat yang diturunkan dari jabatan lebih
tinggi ke jabatan lebih rendah atau diturunkan menjadi pegawai biasa disebut
demosi.
“Kek, mengapa ada
pegawai kerajaan yang mendapat promosi, ada yang hanya transfer, dan ada yang
justru mengalami demosi?” tanya si bocah.
“Sebenarnya ada
aturan yang jelas, termasuk periode atau lamanya seseorang menduduki jabatan
tertentu, tetapi aturan itu kemudian hanya disimpan di dalam laci. Raja yang
berkuasa beberapa ratus tahun kemudian, dapat mempromosikan, mentransfer, atau
mendemosikan seseorang sesuai keinginan dan kepentingannya. Tidak ada lagi
aturan yang jelas, bahkan seseorang yang menduduki jabatan tertentu dapat
diganti kapan saja, tergantung keinginan raja,” tutur sang kakek.
“Mengapa bisa
begitu kek?” tanya si bocah.
“Ah, sudahlah,
kamu masih terlalu kecil untuk mengerti. Biar kakek jelaskan, kamu belum tentu
mengerti,” kata sang kakek sambil tersenyum.***
.....
Keterangan:
- Esai ini dimuat di Koran Harian “Radar Bulukumba”, halaman 3, edisi Selasa, 8 Juni 2010, dengan judul: “Mutasi”.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar