--------
Jumat, 28 Januari 2022
SEJARAH
KORAN
Sejarah
Makassar dan Peringatan Hari Pahlawan Sultan Hasanuddin Tahun 1953
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wartawan)
Saat berselancar di
internet, tanpa sengaja saya menemukan foto koran harian Pedoman Rakyat terbitan 15 Juni 1953. Foto tersebut diunggah oleh
Suharman Musa di blog Nawanawa
(http://suharman-musa.blogspot.com/2012/10/makassar-senin-15-juni-1953.html),
pada Sabtu, 27 Oktober 2012.
Bukan hanya foto,
Suharman Musa juga membuat artikel berjudul “Makassar, Senin 15 Juni 1953” dan
menyampaikan sekaligus mengulas isi berita harian Pedoman Rakyat.
Sebagai mantan wartawan
harian Pedoman Rakyat (masuk 1992 dan
tetap bertahan sebagai wartawan Pedoman Rakyat hingga 2007 saat koran tersebut
berhenti terbit), saya tentu saja senang dapat melihat tampilan terbitan lama Pedoman Rakyat dan mendapat informasi
mengenai isi beritanya pada edisi 15 Juni 1953.
Dari situ, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa koran juga sesungguhnya dapat berfungsi sebagai buku
sejarah, karena menyajikan informasi peristiwa yang terjadi pada masa lalu.
Sungguh besar jasa wartawan dan koran dalam menyajikan peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa atau saat terbitnya.
Kelebihan koran
dibandingkan buku sejarah, terletak pada penyajian peristiwanya detail,
sehingga jika koran tersebut dibaca puluhan tahun kemudian, maka kita akan tahu
peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pada puluhan tahun lalu tersebut,
mulai peristiwa politik, pemerintahan, ekonomi, kriminal, hingga olahraga.
Sedangkan buku sejarah,
biasanya hanya menyajikan satu peristiwa dan hal-hal yang berkaitan dengan
peristiwa tersebut. Buku sejarah pahlawan nasional Sultan Hasanuddin misalnya,
tentu hanya menyajikan sejarah perjalanan hidup dan perjuangan sang pahlawan nasional.
Perang
Antar-gerombolan
Seperti yang diungkap dan
diulas oleh Suharman Musa, koran harian Pedoman
Rakyat (waktu itu masih menggunakan ejaan lama, yakni Pedoman Rakjat) edisi 15 Juni 1953, hanya terbit empat halaman.
Halaman satu berisi berita-berita utama, halaman dua juga berisi berita-berita,
sedangkan halaman tiga dan halaman empat berisi iklan.
Tagline harian Pedoman Rakyat ketika itu adalah “Pedoman
Rakjat, Suara Merdeka Untuk Ke Adilan Sosial.”
Berita utama yang
disajikan pada halaman satu, yaitu peristiwa pertempuran atau perang
antar-gerombolan di tengah-tengah persiapan menjelang hari raya Idul Fitri.
Peristiwa tersebut diberi
judul: “Tjara2 Makassar menjambut hari Lebaran, Suara takbir diselingi suara2
tembakan, Penduduk dibeberapa bagian kota menjingkir, karena gerombolan
bertempur dengan gerombolan?”
Dalam berita tersebut
diceritakan tentang rentetan suara tembakan selama beberapa malam menjelang
lebaran. Juga diberitakan tentang Hari Raya Idul Fitri 1372 Hijriyah, yang
dilaksanakan di Lapangan Karebosi, Makassar, dan dihadiri sekitar 20.000
jamaah.
Tulisan di koran ini
masih menggunakan ejaan lama dan masih banyak menggunakan kosa kata bahasa
Belanda. Misalnya pada kolom kedua dan ketiga pada halam pertama tertulis; “selama
minggu2 terachir ini seluruh Chinese Wijk kalau matahari terbenam merupakan
kuburan sepi….dst.” Pada kolom ketiga ada tulisan; “tjatatan kriminaliteit
dalam kota Makassar…..dst.”
Dengan membaca berita
peristiwa perang antar-gerombolan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Makassar
ketika itu masih belum aman. Meskipun demikian, koran harian Pedoman Rakyat tetap terbit dan tidak
terpengaruh dengan suasana yang belum aman.
Hari
Pahlawan Sultan Hasanuddin
Sajian berita lainnya
pada halaman satu adalah peristiwa upacara peringatan hari kelahiran Pahlawan
Nasional Sultan Hasanuddin, yang dilaksanakan pada 14 Juni 1953. Upacara
dilangsungkan di area Makam Sultan Hasanuddin, di Tamalate, Gowa. Tempat itu
sekarang bernama Kampung Pandang-pandang, tidak jauh dari perbatasan Gowa
dengan Makassar.
Upacara peringatan Hari
Pahlawan Sultan Hasanuddin ketika itu antara lain dihadiri Bupati Abdul Razak,
Major Saleh Lahade, dan Walikota Makassar Syahruddin.
Malamnya diadakan
pertunjukan sandiwara tentang sejarah dan perjuangan Sultan Hasanuddin, di
Balai Pertemuan Masyarakat. Juga diadakan Pasar Malam Amal di Sungguminasa dan
Makassar.
Berdasarkan berita ini,
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hari lahir pahlawan nasional Sultan
Hasanuddin ternyata diperingati setiap tahun sejak tahun 1950-an. Dalam hal
ini, para sejarawan perlu mencari tahu sejak tahun berapa upacara peringatan
Hari Kelahiran Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin dimulai dan tahun berapa
terakhir kali diupacarakan.
Berita
Olahraga
Harian Pedoman Rakyat edisi 15 Juni 1953, juga
memuat berita olahraga pada halaman satu, yaitu berita kedatangan Kesebelasan
Philipina yang akan memainkan laga persahabatan melawan kesebelasan di
Indonesia. Berita tersebut dilengkapi dengan foto kesebelasan Philipina saat
tiba di Jakarta. Judul beritanya, “Ke XI Pilipina Digulingkan oleh Tjimahi dan
Bogor, Masing2 dengan 4-2 dan 5-1.”
Berita
Politik
Pada halaman dua,
disajikan berita politik. Salah satu beritanya berjudul; “Pres-Ali bitjarakan
soal kabinet: PSI-Masjumi tjotjok kalau Ali Formateur.”
Yang dimaksudkan adalah
Dubes RI di AS Mr. Ali Sastroamidjojo bertemu dengan Presiden Soekarno dan
membicarakan tentang formateur. Menurut kabar, beliau dicalonkan menjadi
Perdana Menteri dan akan mendapat sambutan yang baik di kalangan PSI dan
Masjumi.
Masih di halaman dua, ada
berita tentang Nyonya Rasuna Said yang terpilih menjadi Ketua Umum Panitia Penyelenggara
Kongres Perdamaian Seluruh Indonesia.
Melihat judul-judul
berita Pedoman Rakyat ketika itu,
tampaknya media, wartawan, dan masyarakat masih senang dengan judul berita yang
panjang-panjang. Jauh dari prinsip atau ciri bahasa jurnalistik, yakni singkat,
padat, jelas, dan sederhana.
Iklan
Koran harian Pedoman Rakyat ketika itu juga dipenuhi
dengan iklan ucapan selamat hari Idul Fitri, antara lain dari toko “AN LOK” di
Jalan Belanda 28, Makassar, dengan tulisan; “Dengan djalan ini, kita mengutjap Selamat
Hari Raya Aidil Fitri 1 Sjawal 1372 kepada sekalian langganan, sahabat dan
kenalan kaum Muslimin.”
Ada juga dari toko “HAP
LIE” di Jalan Kemah no. 33, Tilp. 382. Ada pula ucapan Idul Fitri dari R. Saleh
Sastranegara, Kepala Polisi Provinsi Sulawesi.
Informasi lain yang bisa
diperoleh dari iklan-iklan harian Pedoman
Rakyat ketika itu adalah nama-nama jalan di Kota Makassar, yang kini sudah
berganti nama. Nama-nama jalan tersebut antara lain Jl. Kemah, Jl. Belanda, Jl.
Walikota, Jl. Maciniayo, Jl. Gowa Utara, dan Jl. Polongbangkeng.
Iklan
Bioskop
Iklan lain yang terdapat
pada harian Pedoman Rakyat (halaman
tiga dan halaman empat) ketika itu adalah iklan bioskop atau iklan film yang
diputar pada bioskop-bioskop di Kota Makassar.
Salah satu iklannya
bertuliskan; “GABIMA MEMPERSEMBAHKAN HARI INI”. Gabima adalah singkatan dari
Gabungan Bioskop Makassar. Dalam iklan tersebut ada delapan bioskop disebutkan,
tetapi di halaman lain, juga ada beberapa nama bioskop lainnya, seperti,
Bioskop Nam Seng Theatre, dan Bioskop Shanghai Theatre.
Di Bioskop CAPITOL
diputar film “Jiwa Lara” untuk 17 tahun ke atas dimainkan oleh Osman Gumanti
dan Rukiah. Di Bioskop CITY, diputar film Hollywood dengan judul “The Barefoot
Mailman”. Pemainnya, Robert Cummings, Terry Moore, Jerome Courtland.
Ada juga Bioskop EMPRESS
yang memutar film “Main2 Djadi Sungguhan” dengan pemeran Rd. Mochtar dan Netty
Herawati.
Film “Antara Senjum dan
Tangis” yang dimainkan oleh P. Ramlee dan Rukiah diputar di Bioskop MURNI hari
itu. Film Hollywood lainnya yang diputar di Bioskop SAMPURNA adalah “King of
Jungleland” dengan pemeran Clyde Beatty dan Manuel King.
Bioskop SIRENE memutar
film yang sama dengan yang diputar di bioskop CAPITOL yaitu film “Jiwa Lara”.
Film “Dewi Murni” diputar di bioskop SULAWESI dengan aktor Osman Gumanti dan
Kasma Booty.
Terakhir bioskop TAMAN
GEMBIRA memutar film yang sama dengan yang diputar di bioskop MURNI yaitu film
“Antara Senjum dan Tangis.”
Sekali lagi, inilah bukti
bahwa koran juga dapat berfungsi sebagai buku sejarah atau dokumen sejarah.
Selain nama-nama jalan, juga ada nama-nama bioskop, judul-judul film, serta
nama-nama aktor dan aktris tempo dulu yang kini tinggal kenangan.
Dulu ada Bioskop Nam Seng
Theatre, Bioskop Shanghai Theatre, Bioskop CAPITOL, Bioskop CITY, Bioskop
EMPRESS, Bioskop MURNI, Bioskop SAMPURNA, Bioskop SIRENE, Bioskop SULAWESI, dan
Bioskop TAMAN GEMBIRA.
Melalui iklan bioskop
tersebut, juga disebutkan nama-nama bintang film tempo dulu yang sekarang sudah
jarang disebutkan namanya, antara lain aktor Osman Gumanti, Rd. Mochtar, aktris
Rukiah, Netty Herawati, dan Kasma Booty.
Demikianlah antara peran
dan jasa media cetak sebagai buku atau dokumen sejarah. Maka berbahagialah para
wartawan, karena berita-berita yang mereka liput dan disiarkan beritanya
melalui media cetak, kelak dapat menjadi dokumen sejarah yang bermanfaat
sebagai catatan sejarah.
Gowa, 10 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar