Selasa, 18 Oktober 2011

Perdamaian, Pencurian, dan Perkosaan

 
Presiden dan mantan Ketua MPR sudah bertemu dan 'berdamai'. Kedua tokoh itu sebelumnya terlibat perseteruan setelah mantan Ketua MPR mengungkapkan bahwa dirinya menerima dana ilegal dari salah satu departemen saat menjadi menjadi calon presiden pada Pemilu lalu.
Mantan Ketua MPR yang profesor itu juga mengatakan bahwa mungkin juga ada pasangan capres dan cawapres yang menerima dana asing secara ilegal.


Perdamaian, Pencurian, dan Perkosaan

Oleh Asnawin

Lagu 'perdamaian' bergema di seluruh negeri, baik di radio maupun televisi. Banyak orang yang tidak tahu masalah, bertanya-tanya. Ada apa lagu 'perdamaian' diputar berulang-ulang.

''Ada apakah itu sampai radio dan televisi memutar lagu perdamaian?'' tanya seorang ibu rumah tangga dengan dialek Makassar, kepada suaminya.

''Makanya baca koran atau nonton tivi,'' jawab suaminya.

''Saya 'kan selalu baca koran dan suka nonton tivi,'' kata si istri.

''Tapi ibu baca koran hanya mau lihat resep masakan dan berita kriminal. Nonton tivi juga hanya sinetron dan infotaimen. Sekali-sekali baca juga perkembangan politik,'' sindir suaminya sambil tersenyum.

''Bilangmaki saja pak, ada apa sampai radio dan tivi memutar lagu perdamaian,'' desak si istri.

Suaminya kemudian menjelaskan bahwa Presiden dan mantan Ketua MPR sudah bertemu dan 'berdamai'. Kedua tokoh itu sebelumnya terlibat perseteruan setelah mantan Ketua MPR mengungkapkan bahwa dirinya menerima dana ilegal dari salah satu departemen saat menjadi menjadi calon presiden pada Pemilu lalu.

Mantan Ketua MPR yang profesor dan kini 'kembali ke jalan lurus' dengan mengajar di almamaternya, juga mengatakan kemungkinan semua capres dan cawapres pada pemilu lalu, turut menerima dana ilegal dari departemen yang sama. Tokoh reformasi itu menambahkan bahwa mungkin juga ada pasangan capres dan cawapres yang menerima dana asing secara ilegal.

Merasa terpojok dengan pernyataan itu, Presiden bereaksi dengan mengadakan jumpa wartawan di halaman istana negara.

Dengan gayanya yang khas, pria yang berlatar belakang militer itu mengancam akan menuntut orang dan pihak-pihak lain yang dianggap telah memfitnahnya terkait dana ilegal dan dana asing untuk dirinya pada pemilu lalu.

''Opini yang berkembang telah menyinggung harga diri saya selaku Presiden,'' kata Presiden dengan mata merah.

Mantan Ketua MPR tidak takut dengan ancaman itu dan bahkan siap menghadapinya. Ancaman Presiden dan pernyataan mantan Ketua MPR itu kemudian menjadi berita besar seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik.

Polemik dan berbagai spekulasi pun berkembang, tetapi tidak sampai sepekan kemudian, kedua tokoh itu kemudian bertemu dan 'berdamai'.

Mendengar penjelasan suaminya, si istri hanya berkata; ''Oh.''
---

Pencurian

Namun tak lama kemudian, si istri kembali mengajukan pertanyaan.

''Pak, di koran juga ada berita anggota DPRD kota yang mencuri listrik. Betulkah itu, pak?'' tanyanya.

''Bukan anggota dewan yang mencuri. Cuma kebetulan hotelnya kedapatan mencuri listrik,'' jawab suaminya.

''Samaji itu pak,'' kata si istri.

''Tidak sama, karena bisa saja anggota dewan itu tidak tahu apa-apa,'' ujar suaminya.

Mendengar jawaban suaminya, si istri hanya berkata; ''Oh.''
---

Perkosaan

Tidak lama kemudian, si istri kembali bertanya.

''Apakah bapak juga membaca berita daerah di koran tentang seorang ayah memerkosa anaknya sampai hamil dan melahirkan?'' tanyanya.

''Saya baca beritanya setelah teman-teman di warung kopi membicarakannya,'' jawab suaminya.

''Bejatnya itu kalau ada seorang ayah memerkosa dan menghamili anaknya. Terus anaknya itu nanti kalau sudah besar mau panggil apa, bapak atau dato','' tanya si istri.

''Saya kira anak itu nanti disuruh panggil bapak, karena kalau panggil dato', pasti dia akan bertanya, siapa dan di mana bapaknya. Kalau si anak sudah punya bapak dan masih bertanya di mana dato'-nya, jawabnya mudah saja. Si bapak pasti akan bilang dato'-nya sudah tidak ada,'' ujar suaminya.

Mendengar jawaban suaminya, si istri hanya terdiam dan tidak lagi berkata ''Oh.''

Makassar, 3 Juni 2007

(Parodi ini dimuat di harian Pedoman Rakyat, Makassar, Senin, 4 Juni 2007, Halaman 4/Opini, rubrik 'lanskap')

[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di blog Asnawin sang Journalist]

Tidak ada komentar: